Info Wisata Halal

Wednesday, December 10, 2014

Melepas Rindu Berjumpa Rasulullah SAW

Setiap Muslim yang datang ke Mekkah untuk menunaikan Ibadah Umrah dan Haji, biasanya atau bahkan pasti juga berkunjung ke Kota Madinah, atau kota Rasul (Madinah ar-Rosul). Bagi setiap Muslim selalu ada kerinduan untuk bisa melaksanakan shalat di dua Masjid Paling Mulia di Muka Bumi, yaitu Masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Apakah ada muslim beriman yang tidak Merindukan Rasululullah SAW? Tentu, setiap Muslim Beriman pasti selalu ada kerinduan di dalam Hatinya kepada Rasulullah SAW. Jika di dunia ini ia tidak mungkin berjumpa Rasulullah SAW, sebab jarak masa hidupnya dengan rasulullah saw begitu jauhnya. Rasulullah Saw telah wafat lebih seribu tahun yang lalu, maka ia berharap kiranya bisa bertemu Rasulullah SAW kelak di Syurga pada hari Kiamat.

Tapi di Dunia ini, ia ingin mewujudkan kerinduannya pada Rasulullah SAW, dengan jalan mengunjungi kota Makkah, kota tempat Nabi Muhammad SAW dilahirkan, kota tempat Nabi Menjalani  kehidupan dan perjuangan menyampaikan Islam kepada Manusia. Dan mengunjungi kota Madinah, kota tempat Nabi menjalani kehidupan selama kurang lebih 10 tahun, lalu beliau mengembangkan Islam di Kota Tersebut, sehingga Islam menjadi kuat dan tersebar luas. Dan akhirnya di kota itu beliau wafat dan dimakamkan.

Jika saat ini, kita tidak bisa secara fisik menjumpai dan melihat Rasulullah SAW, maka kita bisa menyaksikan jejak - jejak kehidupan dan perjuangan Beliau di Madinah, dengan menyaksikan dan berada dalam Masjid Nabawi, dengan berada di Masjid Quba, dengan berada di lokasi Perang Uhud, dengan berada di Masjid Qiblatain dan lain - lain.

Kita berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, kita merasa begitu dekat kepada Beliau. Kita mengucapkan salam, "Assalamu'alaika Ya Rasulullah... Assalamu'alaika Ya Nabiyallah... Assalamu'alaika Ya Habiballah."

Terbayang oleh kita sosok manusia agung, yang sedemikian besar jasanya pada kita, yang melalui beliau kita mengenal Allah, mengenal Islam dan menjadi Muslim, melalui beliau kita mengenal kebenaran dan karena keberadaan beliau serta ajaran agama yang dibawanya, kita terpelihara dari siksaan Allah. Beliau selalu membela keselamatan umatnya ketika masih hidup hingga kelak pada hari kiamat.

Jika Kita banyak membaca kisah kehidupan Rasulullah SAW, maka boleh jadi kita akan terkenang pada peristiwa tertentu yang terjadi pada nabi SAW. Seperti tatkala melihat mimbar di Masjid Nabawi, kita membayangkan sebuah peristiwa mengharukan yang terjadi pada batang pohon Kurma yang pernah dijadikan Rasulullah SAW sebagai tempat bersandar atau berpegangan, jika Rasul menyampaikan Khutbah.

Kemudin ketika Nabi tidak menggunakannya lagi sebagai tempat berandar atau berpegangan saat khutbah, karena kaum muslim telah membuatkan mimbar sebagai tempat Nabi berkhutbah, maka batang pohon kurma itu menangis, merintih, menjerit, karena di tinggalkan leh Rasulullah SAW.

Sungguh, betapa batang pohon kurma pun rindu pada Rasulullah SAW.

Anas Bin Malik Mengisahkan, "Dulu, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah jum'at dengan bersandar pada Sebatang kayu (batang pohon kurma). Setelah kaum Muslim bertambah banyak, maka beliau meminta agar dibuatkan mimbar untuk beliau. Lalu dibuatkan mimbar dengan dua undakan. Tatkala beliau hendak berkhutbah di mimbar tersebtu, tiba-tiba kayu itu merintih, menangis pada beliau".

Anas bin Malik melanjutkan Kisahnya, "Saat itu, aku sedang berada di Masjid. Aku mendengar kayu (batang pohon kurma) itu terus menangis seperti bayi, hingga Rasulullah SAW turun dari Mimbarnya dan mengusap kayu tersebut. Setelah diusap oleh Nabi, barulah kayu itu tenang." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi).

Berkaitan dengan peristiwa di atas, ada sebuah riwayat menyebutkan, "Ketika Nabi Muhammad SAW mendengar tangisan atau rintihan batang pohon korma itu, beliaupun turun dari mimbar, lalu memegang dan mengusapnya, sambil berkata, "Sekarang engkau boleh memilih, apakah engkau mau aku menanammu di tempatmu dulu, sehingga engkau tumbuh menjadi besar seperti dulu, atau  engkau ditanam di surga, dengan begitu engkau meryap air dari sungai-sungai dan mata air surga, lalu engkau tumbuh dengan baik, dan kelak buah-buahmu akan dipetik oleh para kekasih Allah. Aku akan melakukan apa yang jadi pilihanmu."

Pada saat itu, ada yang mendengar Rasulullah SAW bergumam, "Ya, aku sudah mengabulkannya." Beliau mengatakan seperti itu dua kali. Lalu ada seseorang bertanya pada beliau dan beliau menjawab, "Batang Pohon (kurma) itu memilih, agar aku menanamnya di surga." (HR ad-Darimi, dari Buraidah).

Ketika kita berziarah ke Uhud, tempat terjadinya perang Uhud pada masa Rasulullah SAW, disana terdapat makam dari banyak syuhada perang uhud, boleh jadi kita teringat pada peristiwa tertentu, seperti kisah tentang seorang Muslimah yang ikut berperang bersama Rasulullah SAW, yang ditinggal wafat beberapa anggota keluarga terdekatnya, karena menjadi syuhada pada perang uhud. Tapi derita karena musibah itu menjadi sirna, menjadi tidak berarti sama sekali baginya, tatkala ia mendapatkan berita, bahwa Rasululah SAW selamat pada perang tersebut.

"Seorang sahabat wanita dari Anshar ikut berperang bersama Rasulullah. Lalu orang-orang menyampaikan kepadanya berberapa anggota keluarganya yang terbunuh menjadi syahid dalam peperangan tersebut, yaitu suaminya ayahnay dan saudaranya. Tapi ia malah bertanya, "Bagaimana Rasulullah SAW?" mereka berkata, "Rasulullah SAW Selamat." Wanita itu berkata, "Tunjukan (antarkan) aku pada beliau, agar aku bisa melihat Rasulullah SAW." Dan setelah wanita Anshar itu berjumpa Rasulullah SAW, ia berkata "Wahai Rasulullah, setelahaku berjumpa denganmu,(melihatmu) aku merasakan tidak berarti semua musibah yang aku alami."

Tentu, setiap pencinta Rasulullah SAW memilik cara tersendiri dalam menyatakan cintanya kepada beliau. seperti Wanita Anshar yang diceritakan kisahnya di atas. Lain lagi cara yang dilakukan oleh seorang sahabat Nabi bernama Sawad bin Ghazyah di dalam perang badar.

"Pada saat Nabi Muhammad SAW sedang meluruskan barisan pasukan dalam perang Badar, Majulah Sawad Bin Gazyah. Maka Nabi Muhammad memukul (menyentuh) perut Sawa dengan anak Panah (agar ia lurus dalam barisan). Nabi Berkata, "Hai, Sawad, luruslah dalam barisan." Tiba-tiba sawad protes, "Wahai Rasulullah, mengapa tuan menyakiti (memukul) ku? Bukankah Allah telah mengutus tuan dengan membawa kebenaran dan keadilan? Wahai Rasulullah, aku menuntut balas (atas apa yang tuan perbuat terhadapku)."

Para sahabat berteriak, "Hai Sawad, apakah engkau mau menuntut balas dari Rasulullah?". Nabi Muhammad SAW menyingkap bajunya hingga terlihat perut beliau, lalu berkata kepada Sawad, "Hai Sawad, balaslah (seperti apa yang dilakuakn Sawad bin Ghazyah, bukannya membalas memukul perut Nabi) Sawad malah memeluk tubuh Rasulullah SAW dengan Menciumnya. Nabi bertanya, "Mengapa engkau melakukan ini?" Sawad Berkata, "Wahai Rasulullah, telah terjadi apa yang tuan saksikan, SUngguh aku ingin sekali, pada akhir pertemuanku dengan tuan, kulitku bisa menyentuh kulit tuan. Wahai Rasulullah, berilah Syafaatmu untuk aku pada hari kiamat," Dan Nabi Muhammad SAW mendoakan kebaikan untuk Sawad. " (Kisah ini dimuat di dalam kitab Hayat Ash-Shahabah).

"Anas Bin Malik Berkata, "Demi Allah, Rasulullah adalah orang yang paling lembut. Beliau tidak melarang seorang budak atau anak kecil datang kepadanya membawa air pada musim dingin, lalu beliau membasuh muka dan tangannya. Tidak ada seorangpun yang bertanya kepadanya, kecuali beliau memperhatikan dengan seksama. Dan beliau tidka akan beranjak dari tempat itu, kecuali orang yang bertanya lebih dahulu pergi. Tiada seorang yang mengulurkan tangan pada beliau, kecuali beliau pasti menjabat tangan orang itu, dan beliau tidak akan melepaskan tangannya sampai orang tersebut lebih dahulu melepaskan Jabatan Tangannya." (HR. Abu Na'im, di dalam kitab Ad-Dalail).

Source: Buku "UMRAH - sebuah Fenomena Spiritual Manusia Modern". KH. M. Rusli Amin. MA.
Image: masshar2000.com

0 comments:

Post a Comment