Info Wisata Halal
Slide # 1

Shalat Berjamaah

Shalat jamaah sangat tinggi nilainya dan sangat besar pahalanya. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda: "Shalat Jamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibanding shalat sendiri" (H.R. Bukhari Muslim dll.) Read More

Slide # 2

Masjidil Haram

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” (QS. Ali Imran: 96) Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Masjidil Aqsha

"Janganlah kau mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsa" Read More

Slide # 5

Masjid Nabawi

"Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Read More

Wednesday, December 10, 2014

Melepas Rindu Berjumpa Rasulullah SAW

Setiap Muslim yang datang ke Mekkah untuk menunaikan Ibadah Umrah dan Haji, biasanya atau bahkan pasti juga berkunjung ke Kota Madinah, atau kota Rasul (Madinah ar-Rosul). Bagi setiap Muslim selalu ada kerinduan untuk bisa melaksanakan shalat di dua Masjid Paling Mulia di Muka Bumi, yaitu Masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Apakah ada muslim beriman yang tidak Merindukan Rasululullah SAW? Tentu, setiap Muslim Beriman pasti selalu ada kerinduan di dalam Hatinya kepada Rasulullah SAW. Jika di dunia ini ia tidak mungkin berjumpa Rasulullah SAW, sebab jarak masa hidupnya dengan rasulullah saw begitu jauhnya. Rasulullah Saw telah wafat lebih seribu tahun yang lalu, maka ia berharap kiranya bisa bertemu Rasulullah SAW kelak di Syurga pada hari Kiamat.

Tapi di Dunia ini, ia ingin mewujudkan kerinduannya pada Rasulullah SAW, dengan jalan mengunjungi kota Makkah, kota tempat Nabi Muhammad SAW dilahirkan, kota tempat Nabi Menjalani  kehidupan dan perjuangan menyampaikan Islam kepada Manusia. Dan mengunjungi kota Madinah, kota tempat Nabi menjalani kehidupan selama kurang lebih 10 tahun, lalu beliau mengembangkan Islam di Kota Tersebut, sehingga Islam menjadi kuat dan tersebar luas. Dan akhirnya di kota itu beliau wafat dan dimakamkan.

Jika saat ini, kita tidak bisa secara fisik menjumpai dan melihat Rasulullah SAW, maka kita bisa menyaksikan jejak - jejak kehidupan dan perjuangan Beliau di Madinah, dengan menyaksikan dan berada dalam Masjid Nabawi, dengan berada di Masjid Quba, dengan berada di lokasi Perang Uhud, dengan berada di Masjid Qiblatain dan lain - lain.

Kita berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, kita merasa begitu dekat kepada Beliau. Kita mengucapkan salam, "Assalamu'alaika Ya Rasulullah... Assalamu'alaika Ya Nabiyallah... Assalamu'alaika Ya Habiballah."

Terbayang oleh kita sosok manusia agung, yang sedemikian besar jasanya pada kita, yang melalui beliau kita mengenal Allah, mengenal Islam dan menjadi Muslim, melalui beliau kita mengenal kebenaran dan karena keberadaan beliau serta ajaran agama yang dibawanya, kita terpelihara dari siksaan Allah. Beliau selalu membela keselamatan umatnya ketika masih hidup hingga kelak pada hari kiamat.

Jika Kita banyak membaca kisah kehidupan Rasulullah SAW, maka boleh jadi kita akan terkenang pada peristiwa tertentu yang terjadi pada nabi SAW. Seperti tatkala melihat mimbar di Masjid Nabawi, kita membayangkan sebuah peristiwa mengharukan yang terjadi pada batang pohon Kurma yang pernah dijadikan Rasulullah SAW sebagai tempat bersandar atau berpegangan, jika Rasul menyampaikan Khutbah.

Kemudin ketika Nabi tidak menggunakannya lagi sebagai tempat berandar atau berpegangan saat khutbah, karena kaum muslim telah membuatkan mimbar sebagai tempat Nabi berkhutbah, maka batang pohon kurma itu menangis, merintih, menjerit, karena di tinggalkan leh Rasulullah SAW.

Sungguh, betapa batang pohon kurma pun rindu pada Rasulullah SAW.

Anas Bin Malik Mengisahkan, "Dulu, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah jum'at dengan bersandar pada Sebatang kayu (batang pohon kurma). Setelah kaum Muslim bertambah banyak, maka beliau meminta agar dibuatkan mimbar untuk beliau. Lalu dibuatkan mimbar dengan dua undakan. Tatkala beliau hendak berkhutbah di mimbar tersebtu, tiba-tiba kayu itu merintih, menangis pada beliau".

Anas bin Malik melanjutkan Kisahnya, "Saat itu, aku sedang berada di Masjid. Aku mendengar kayu (batang pohon kurma) itu terus menangis seperti bayi, hingga Rasulullah SAW turun dari Mimbarnya dan mengusap kayu tersebut. Setelah diusap oleh Nabi, barulah kayu itu tenang." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi).

Berkaitan dengan peristiwa di atas, ada sebuah riwayat menyebutkan, "Ketika Nabi Muhammad SAW mendengar tangisan atau rintihan batang pohon korma itu, beliaupun turun dari mimbar, lalu memegang dan mengusapnya, sambil berkata, "Sekarang engkau boleh memilih, apakah engkau mau aku menanammu di tempatmu dulu, sehingga engkau tumbuh menjadi besar seperti dulu, atau  engkau ditanam di surga, dengan begitu engkau meryap air dari sungai-sungai dan mata air surga, lalu engkau tumbuh dengan baik, dan kelak buah-buahmu akan dipetik oleh para kekasih Allah. Aku akan melakukan apa yang jadi pilihanmu."

Pada saat itu, ada yang mendengar Rasulullah SAW bergumam, "Ya, aku sudah mengabulkannya." Beliau mengatakan seperti itu dua kali. Lalu ada seseorang bertanya pada beliau dan beliau menjawab, "Batang Pohon (kurma) itu memilih, agar aku menanamnya di surga." (HR ad-Darimi, dari Buraidah).

Ketika kita berziarah ke Uhud, tempat terjadinya perang Uhud pada masa Rasulullah SAW, disana terdapat makam dari banyak syuhada perang uhud, boleh jadi kita teringat pada peristiwa tertentu, seperti kisah tentang seorang Muslimah yang ikut berperang bersama Rasulullah SAW, yang ditinggal wafat beberapa anggota keluarga terdekatnya, karena menjadi syuhada pada perang uhud. Tapi derita karena musibah itu menjadi sirna, menjadi tidak berarti sama sekali baginya, tatkala ia mendapatkan berita, bahwa Rasululah SAW selamat pada perang tersebut.

"Seorang sahabat wanita dari Anshar ikut berperang bersama Rasulullah. Lalu orang-orang menyampaikan kepadanya berberapa anggota keluarganya yang terbunuh menjadi syahid dalam peperangan tersebut, yaitu suaminya ayahnay dan saudaranya. Tapi ia malah bertanya, "Bagaimana Rasulullah SAW?" mereka berkata, "Rasulullah SAW Selamat." Wanita itu berkata, "Tunjukan (antarkan) aku pada beliau, agar aku bisa melihat Rasulullah SAW." Dan setelah wanita Anshar itu berjumpa Rasulullah SAW, ia berkata "Wahai Rasulullah, setelahaku berjumpa denganmu,(melihatmu) aku merasakan tidak berarti semua musibah yang aku alami."

Tentu, setiap pencinta Rasulullah SAW memilik cara tersendiri dalam menyatakan cintanya kepada beliau. seperti Wanita Anshar yang diceritakan kisahnya di atas. Lain lagi cara yang dilakukan oleh seorang sahabat Nabi bernama Sawad bin Ghazyah di dalam perang badar.

"Pada saat Nabi Muhammad SAW sedang meluruskan barisan pasukan dalam perang Badar, Majulah Sawad Bin Gazyah. Maka Nabi Muhammad memukul (menyentuh) perut Sawa dengan anak Panah (agar ia lurus dalam barisan). Nabi Berkata, "Hai, Sawad, luruslah dalam barisan." Tiba-tiba sawad protes, "Wahai Rasulullah, mengapa tuan menyakiti (memukul) ku? Bukankah Allah telah mengutus tuan dengan membawa kebenaran dan keadilan? Wahai Rasulullah, aku menuntut balas (atas apa yang tuan perbuat terhadapku)."

Para sahabat berteriak, "Hai Sawad, apakah engkau mau menuntut balas dari Rasulullah?". Nabi Muhammad SAW menyingkap bajunya hingga terlihat perut beliau, lalu berkata kepada Sawad, "Hai Sawad, balaslah (seperti apa yang dilakuakn Sawad bin Ghazyah, bukannya membalas memukul perut Nabi) Sawad malah memeluk tubuh Rasulullah SAW dengan Menciumnya. Nabi bertanya, "Mengapa engkau melakukan ini?" Sawad Berkata, "Wahai Rasulullah, telah terjadi apa yang tuan saksikan, SUngguh aku ingin sekali, pada akhir pertemuanku dengan tuan, kulitku bisa menyentuh kulit tuan. Wahai Rasulullah, berilah Syafaatmu untuk aku pada hari kiamat," Dan Nabi Muhammad SAW mendoakan kebaikan untuk Sawad. " (Kisah ini dimuat di dalam kitab Hayat Ash-Shahabah).

"Anas Bin Malik Berkata, "Demi Allah, Rasulullah adalah orang yang paling lembut. Beliau tidak melarang seorang budak atau anak kecil datang kepadanya membawa air pada musim dingin, lalu beliau membasuh muka dan tangannya. Tidak ada seorangpun yang bertanya kepadanya, kecuali beliau memperhatikan dengan seksama. Dan beliau tidka akan beranjak dari tempat itu, kecuali orang yang bertanya lebih dahulu pergi. Tiada seorang yang mengulurkan tangan pada beliau, kecuali beliau pasti menjabat tangan orang itu, dan beliau tidak akan melepaskan tangannya sampai orang tersebut lebih dahulu melepaskan Jabatan Tangannya." (HR. Abu Na'im, di dalam kitab Ad-Dalail).

Source: Buku "UMRAH - sebuah Fenomena Spiritual Manusia Modern". KH. M. Rusli Amin. MA.
Image: masshar2000.com

Tuesday, June 24, 2014

Mekah Al-Mukarramah, Kota yang Dimuliakan dan Dilindungi Allah SWT

Mekah, namanya berasal dari kata Imtakka yang artinya mendesak atau mendorong. Kota ini disebut Mekah sebab sejak zaman dahulu hingga sekarang manusia berdesak-desakan berkumpul di sana (Mu'jam Al-Buldan).

Lain dengan istilah yang disebutkan Al-Qur'an. Allah SWT menyebutnya dengan kata Bakkah. Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun (di bumi) untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang memiliki berkah dan petunjuk bagi seluruh alam." (QS. Ali-Imran: 96).

Kota Mekah di sebut Bakkah berasal dari kata Bakka-yabukku, artinya menekan. Karena Mekah menekan leher-leher orang yang sombong (Tafsir Jalalain).

Mekah merupakan kota yang memiliki sejuta pesona dan keajaiban bagi seluruh umat manusia, khususnya Muslim di seluruh penjuru dunia. Walaupun kota ini merupakan lembah sempit yang tandus dan dikelilingi gunung-gunung dengan bangunan Ka'bah sebagai pusatnya, Mekah adalah kota yang dimuliakan Allah Swt, kota yang dicintai Allah Swt dengan segala rahmat dan berkelimpahan rizki. Salah satunya adalah sumber air zam-zam yang tidak pernah habis walaupun terus-menerus diambil oleh jutaan manusia sepanjang tahun.

Nabi Muhammad Saw bersabda, menghadapkan wajahnya ke Mekah, ketika hendak hijrah ke Madinah, "Demi Allah, saya sangat sadar bahwa engkau adalah negeri Allah yang paling aku cintai, dan negeri yang paling dicintai ALlah. Engkau adalah tempat yang paling baik di muka bumi dan yang paling dicintai Allah. Andaikan bukan karena pendudukmu yang mengusirku, aku tidak akan keluar." (Fadhail Mekah).

Setiap tahun muskilm di seluruh penjuru dunia mendambakan sampai ke kota Mekah. Baik untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah. Kerinduan bertandang ke kota ini selalu besar, terlebih bagi mereka yang sudah pernah merasakan kemulian dan keistimewaannya.

Source: "Misteri dan Keajaiban 2 kota suci"/

Baca Juga:

Saturday, June 21, 2014

Mata Air Zam-zam

Dibawah lapisan Alluvial Wadi Ibrahim terdapat setengah meter lapisan yang sangat lulus air (Permeable). Lapisan yang sangat lulus air inilah yang merupakan tempat utama keluarnya air-air di sumur zam-zam.

Kedalamannya 17 meter ke bawah selanjutnya, sumur ini menembus lapisan batuan keras yang berupa batuan beku Diorit. Batuan beku inilah memang agak jarang dijumpai di Intonesia atau di Jawa, tetapi sangat banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini dijumpai rekahan-rekahan yang juga memiliki kandungan air. Dulu ada yang menduga retakan ini menuju laut Merah. Tetapi tidak ada laporan geologi yang menunjukkan hal itu.

Dari uji pemompaan sumur ini mampu mengalirkan air sebesar 11 - 18.5 liter / detik, hingga permenit dapat mencapai 660 liter / menit atau 40.000 liter per jam. Celah-celah atau rekahan ini salah satu yang mengeluarkan air cukup banyak. Ada celah (rekahan) yang memanjang ke arah Hajar Aswad dengan panjang 75 cm dengan ketinggian 30 cm, juga beberapa celah kecil ke arah Shaffa dan Marwah.

Keterangan Geometris lainnya, celah sumur dibawah tempat Thawaf 1.56 m, kedalaman total dari bibir sumur 30 m, kedalaman air dari bibir sumur =  4 m, kedalaman mata air 13 m, dari mata air sampai dasar sumur 17 m, dan diameter sumur berkisar antara 1.46 hingga 2.66 meter.

Source: buku Misteri dan Keajaiban 2 Kota Suci.

Baca Juga:

Sumur Zam-zam Pernah Hilang

Sumur Zam-zam pernah lenyap dari kota Mekah, dan tanda-tandanya hilang dengan berlalunya hari dan bergantinya malam. Yaqut Al-Hamawi berkata, "Dengan bergantinya hari, sehingga banjir dan hujan membuat telaga Zam-zam lenyap, dan tidak ada tanda-tanda untuk mengetahuinya lagi.".

Sumur Zam-zam rupanya ditimbun dan dihilangkan tanda-tandanya oleh suku Jurhum disaat mereka akan meninggalkan Mekah. Namun, Abdul Muthalib menggali kembali sumur Zam-zam. Ia menggalinya saat ia memangku jabatan sebagai pemberi makan dan minum jamaah Haji. Suatu ketika ia didatangi seseorang di dalam tidurnya, lalu orang tersebut berkata, "Galilah Thayyibah (Sumber Kebaikan)". Abdul Muthalib bertanya, "Apa itu Thayyibah?". Keesokan harinya ia didatangi lagi dan orang itu berkata, "Galilah Barrah! (Sumber Manfaat).". Abdul Muthalib berkata, "Apa itu Barrah?", keesokan harinya ia didatangi lagi dan orang itu berkata, "Galilah Al-Madhnunnah (Sesuatu yang dikikirkan)?".

Abdul Mutholib berkata, "Apa itu Al-Madhnunah?". Lalu orang tersebut berkata, "Galilah Zam-zam!". Orang tersebut, "Yaitu sumur yang tak pernah kering airnya, dan tak pernah habis, engkau akan dapat memberi minum berapa pun jumlah jamaah haji. Terletak di antara kotoran dan darah (tempat penyembelihan hewan untuk sesajian Ka'bah). Tepatnya di mana seekor gagak yang bersayap putih mematuk (hewan sesajian). Telaga ini nantinya menjadi kebanggaanmu dan anak keturunannya.

Dan Memang burung gagak bersayap putih selalu mematuk hewan sesajian di tempat darah dan kotoran. Lalu keesokan harinya Abdul Muthalib membawa cangkul dan berlindung. Ia berangkat bersama anaknya Al-Harits. Di hari itu anaknya, mereka terus bertakbir dan berkata: "Ini Sumur Ismail".

Orang-orang Quraisy berkata, "Ikutkan kami menguasainya!". Abdul Muthalib berkata, "Aku tidak akan melakukannya, ini khusus untukku. Kalau kalian tidak puas, carilah orang untuk mengadili kita!".

Mereka berkata, "Wanita tukang tenung di bani Sa'ad. "Lalu mereka berangkat menuju wanita tersebut. Di tengah perjalanan mereka dilanda kehausan yang sangat dan mereka nyaris mati.

Maka Abdul Muthalib berkata, "Demi Allah! Sikap pasrah ini kelemahan, kenapa kita tidak berusaha mencari air? Semoga Allah memberi kita Air. Merekapun bersiap-siap berpencar mencari air, dan Abdul Muthalib mulai menunggang kendaraannya. Ketika Ontanya bergerak, terpancar dari bawah kuku ontanya air tawar, sekonyong-konyong Abdul Muthalib bertakbir, dan para sahabatnya ikut bertakbir lalu mereka semuanya meminum air tersebut."

Dan mereka berkata kepada Abdul Muthalib, "Orang yang menginformasikan tentang sumur Zam-zam telah memutuskan perkara kita, Demi Allah! Selama-lamanya kami tidak akan menghujatmu. Lalu mereka kembali dan merelakan Zam-zam dikuasai oleh Abdul Muthalib.

Baca Juga:

Friday, June 20, 2014

Zam-zam, Air yang tidak akan pernah Habis Sepanjang Zaman

"Zam-zam adalah sumur yang tidak akan pernah kering airnya, dan tak pernah habis, engkau akan dapat memberi minum berapa pun jumlah jamaah haji. Terletak di antara kotoran dan darah (tempat penyembelihan hewan untuk sesajian Ka'bah). Tepatnya di mana seekor gagak yang bersayap putih mematuk (hewan sesajian). Telaga ini nantinya menjadi kebanggaanmu dan anak keturunannya." (Dialog Seorang Lelaki Kepada Abdul Muththalib).

Keberadaan ari Zam-zam telah menjadi oase di tengah bumi tandus kota Mekah. Kisah kemunculannya bermula saat Siti Hajar bersama puteranya Ismail AS yang masih menyusui merasa kehausan karena musim kemarau yang panjang melanda Mekah. Siti Hajar kemudian mencari air menuju bukit Safa dan berdiri diatasnya seraya memandang ke arah lembah di sekelilingnya. Dia lalu turun melewati lembah sampai ke bukit Marwah, berdiri di atasnya, dan memandang sekeliling, berharap ada orang yang memberinya air. Dia melakukan demikian sebanyak tujuh kali.


Saat berada di atas bukit Marwah, Siti Hajar mendengar ada suara, lalu terdiam. Setelah diperhatikannya, ternyata memang dia mendengar sebuah suara yang tak lain adalah suara malaikat Jibril. Atas kehendak Allah SWT yang memerintahkan Malaikat Jibril untuk mengetuk bumi, terpencarlah air di atara kedua kaki Ismail As yang kemudian disebut Zam-zam. Istilah ini berasal dari ekspresi Siti Hajar saat melihat air itu pertama kali "Zummi, Zummi..." (yang artinya: berkumpulah, berkumpulah..). Namun banyak juga nama yang diberikan pada sumur Zam-zam, antara lain Bushra (kabar gembira), Hamzat Jibril, Wat'at Jibril (mengacu pada tindakan mengetuk tanah oleh malaikat Jibril.

Sumur Zam-zam memiliki kedalaman sekitar 30.5 meter. Hingga kedalaman 13.5 meter teratas menembus lapisan Alluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini merupakan lapisan pasir yang sangat berpori. Lapisan ini berisi batu pasir hasil transportasi dari lain tempat. Mungkin saja ada lembah yang dialiri sungai yang saat ini sudah kering. Atau dapat pula merupakan dataran rendah hasil runtuhan atau penumpukan hasil pelapukan batuan yang lebih tinggi topografinya.

Source: "Misteri & Keajaiban 2 Kota Suci"